Mar 7, 2011

Transformasi Budaya Kerja Korporasi

Oleh: Dr HC Ary Ginanjar Agustian, Pengasas Model Pembangunan Karakter The ESQ Way 165  

“Kami telah melakukan berbagai upaya agar tujuan perusahaan tercapai, tapi terdapat kesenjangan yang cukup lebar antara kesungguhan karyawan dengan tujuan yang ingin dicapai perusahaan.  Karyawan gagal menghayati apa yang akan dilakukan oleh perusahaan. Pada akhirnya kami di pihak manajemen mengalami kesulitan untuk melakukan sebuah perubahan.”

Begitu keluhan pimpinan sebuah perusahaan ketika berbicara tentang program transformasi yang telah digulirkannya lebih dari setahun lalu. Terdengar nada kecewa dan seolah-olah ia menghadapi jalan buntu untuk melanjutkan agenda transformasi perusahaan, padahal sudah banyak dana yang telah dikucurkan.

Mengapa begitu banyak perusahaan yang gagal dalam melakukan transformasi? Apa yang menjadi sebab kegagalan transformasi perusahaan  tersebut?

Dua Bentuk Transformasi
Sesungguhnya terdapat dua jenis transformasi perusahaan yaitu: pertama transformasi sistem  (business transformation) yang mengandungi tiga elemen penting yaitu struktur, manajemen, dan strategi. Kedua, transformasi budaya (culture transformation) yang terdiri dari: keyakinan atau belief, nilai atau values yang akan berujung pada karakter.

Selama ini perhatian perusahaan lebih banyak terfokus pada transformasi sistem (business transformation). Akan tetapi ternyata banyak mengalami kegagalan.

Di dalam buku ”Execution”, Ram Charan menyatakan hasil penelitian dunia membuktikan 70 persen program transformasi menemui kegagalan karena perusahaan tidak melakukan perubahan budaya. Karyawan cenderung mengejar insentif dan bonus serta terperangkap di dalam zona aman (comfort zone). Padahal 90 persen transformasi dapat berlangsung karena perubahan budaya.

Budaya perusahaan sesungguhnya merupakan kumpulan karakter karyawan perusahaan yang diikat oleh empat hal yaitu: kesatuan visi, kesatuan misi, kesatuan nilai, serta meaning atau makna.

Visi yaitu tujuan yang akan dicapai perusahaan, misi adalah apa yang dilakukan untuk mencapai tujuan tersebut, sedangkan nilai adalah pedoman prilaku yang penting dilakukan karyawan. Visi, misi, dan nilai apabila diaplikasikan oleh setiap karyawan maka akan menimbulkan makna bekerja. Karyawan akan merasakan pekerjaan sebagai hal yang luhur dan bernilai yang membuat mereka senantiasa termotivasi.

Jika semua karyawan memiliki visi, misi, nilai, dan makna yang sama dalam bekerja, maka performance-nya akan luar biasa. Perusahaan akan mengalami lompatan yang besar karena semua karyawan menuju tujuan yang sama, memiliki alasan yang sama untuk mencapai tujuan, memiliki pedoman prilaku yang sama tentang hal yang harus dilakukan dan yang tidak boleh dilakukan.

Tantangannya adalah bagaimana menjadikan visi, misi, dan nilai tidak hanya dihapal atau dipahami secara intelektual, namun dijiwai secara emosional, dan dimaknai secara spiritual sehingga menjadi darah daging, tulang, kepala dan kaki karyawan. Untuk itulah, diperlukan sebuah upaya internalisasi visi, misi, dan nilai tersebut pada dimensi emosional dan spiritual agar menjadi sebuah keyakinan pribadi yang akan senantiasa memotivasi dan memberikan makna dalam bekerja.

Transfomasi budaya yang dilakukan ESQ adalah dengan melakukan training 4 tingkat berkelanjutan. Bayangkan sebongkah es balok yang bentuknya akan diubah menjadi bulat. Maka urutan prosesnya adalah dengan mencairkannya (unfreezing), membentuknya ke dalam cetakan bulat (forming), dan kemudian membekukannya lagi (freezing).

Dalam training ESQ, pada tingkat pertama dilakukan unfreezing yaitu mengubah visi, misi, nilai, dan makna bekerja karyawan yang tadinya material diubah menjadi spiritual yang penuh semangat namun diiringi keikhlasan. Pada tingkat kedua Forming 1 adalah dengan membentuk misi dan karakter serta menginternalisasikannya. Pada tingkat ketiga, Forming 2 yaitu proses membersihkan visi, misi, nilai, dan makna dari hal yang negatif dan kemudian melakukan sinergi. Tingkat keempat yaitu Refreezing yaitu membentuk visi, misi, nilai, dan makna menjadi aplikasi dan perbuatan nyata. Perbuatan yang diulang akan melahirkan kebiasaan, kebiasaan yang diulang akan melahirkan karakter, dan karakter yang diulang akan menjadi budaya.

Inilah yang selama sepuluh tahun digalakkan ESQ, yaitu melakukan transformasi karakter dan budaya  dengan menjadikan visi, misi, nilai, dan makna menjadi sebuah landasan unggul untuk membangun instansi, perusahaan, atau organisasi emas.

No comments:

Post a Comment